Jumat, 18 November 2016
INDONESIA EMAS 2045
Saat ini, jumlah penduduk Indonesia usia muda lebih
banyak dibandingkan dengan usia tua. Usia 0-9 tahun sebesar 45 juta, pada tahun
2045 akan berusia 35-45 tahun dan Usia 10-19 tahun berjumlah 43 juta jiwa, pada
tahun 2045 akan berusia 45-54 tahun. Hal inilah yang menjadi background
munculnya identitas generasi emas. Jika kita lihat data dari Biro Pusat
Statistik (BPS) jumlah usia muda dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Jika pada tahun 2005 usia 15-39 tahun, pada tahun 2005 berjumlah
93.865.303, pada tahun 2010 sudah meningkat menjadi 100.418.626 orang. Bahkan,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan bahwa jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2035 mendatang berjumlah 305,6 juta jiwa. Jumlah
ini meningkat 28,6 persen dari tahun 2010 yang sebesar 237,6 juta jiwa. Pada
tahun 2010, proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 66,5 persen.
Proporsi ini terus meningkat mencapai 68,1 persen pada tahun 2028 sampai tahun
2031.
Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif
menyebabkan menurunnya angka ketergantungan, yaitu jumlah penduduk usia tidak
produktif yang ditanggung oleh 100 orang penduduk usia produktif dari 50,5
persen pada tahun 2010 menjadi 46,9 persen pada periode 2028-2031. Tetapi angka
ketergantungan ini mulai naik kembali menjadi 47,3 persen pada tahun 2035.
Mengelola generasi emas akan menjadi tantangan terbesar bangsa Indonesia.
Karena populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa tersebut merupakan
bonus demografi yang sangat berharga. Namun, sebaliknya bila pengelolaannya
tidak baik, kesempatan emas tersebut akan menjadi bencana demografi .
Program 100
tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2045 diharapkan menjadi tonggak
Indonesia Emas pada saat peringatannya dan realitasnya. Indonesia Emas dimaknai
dengan kondisi negara yang Maju, Makmur, Modern, Madani, dihuni oleh masyarakat
yang berperadaban seperti yang dimaksud. Persiapan selama kurang lebih 40 tahun
sebelumnya, sejak diberlakukan undang-undang Pendidikan Nasional, dan undang-undang
Guru dan Dosen sebutlah sejak 2005, Pemerintah telah mempersiapkan perangkat
aturan terkait dengan tujuan itu. Sebutlah salah satunya adalah menetapkan
aturan tentang PAUD dan mengimplementasikannya di seluruh pelosok negeri.
Penegasan pendidikan di PAUD berbasis Pembangunan Karakter dan Budipekerti
berbasis Budaya dan Kearifan lokal diharapkan menjadi pondasi mental yang
tangguh anak-anak bangsa pada tataran pendidikan yang paling rendah. Output
dari PAUD akan menjadi input di TK, dan output TK akan menjadi input di SD dan
secara berkesinambungan ke jenjang berikutnya, tetap mendapat penegasan
pendidikan berbasis Karakter, Budipekerti, Warisan Budaya, dan Kearifan lokal,
sehingga Pemerintah dalam hal ini merombak Kurikulum yang dikenal dengan Kurikulum
2013, Kurikulum Kecakapan Hidup. Implementasi Kurikulum 2013 sendiri sampai
tulisan ini dibuat (Mei 2014) masih banyak kedodoran di sana-sini. Sebagai
contoh proses rekruitmen dan penularan para Instruktur Kurikulum yang belum
beres, Perubahan buku teks dan buku pegangan guru terkait Kurikulum 2013 belum
beres juga. artinya yang sudah tercetak akan tidak terpakai dan rencana akan
dicetak baru. Apalagi Implementasi di lapangan, di sekolah-sekolah banyak yang
kedodoran dan asal-asalan. Di satu sisi pembenahan tenaga pendidik secara
stimulan terus dilakukan dengan bingkai mencetak guru profesional, dari
guru-guru yang sudah ada kontinyu disertifikasi dan mahasiswa keguruan maupun
non keguruan yang berminat menjadi guru dan sudah lulus sarjana wajib mengikuti
PPG. Semuanya memang masih berproses, namun dari yang sudah terjadi tidak ada
salahnya untuk di evaluasi. Realitasnya Indonesia Emas diprioritaskan cukup 100
tahun terwujud tidak perlu seperti Amerika Serikat yang perlu waktu 200 tahun
untuk menjadi negara maju, telah dipikir dan diperhitingkan oleh para cerdik
pandai, tokoh-tokoh nasional negara ini dengan bijaksana. Kerangka besarnya
sangat kuat dan indah, namun kerangka-kerangka kecilnya perlu diawasi dan
dianalisis secara detail kemajuannya.
Faktor yang lebih penting adalah dalam diri pemuda
itu sendiri yang mana tidak bisa memfilter arus globalisasi dan semuanya
dilahap yang berakibat sering kali melalaikan masalah negeri ini. Alat untuk
menyaring faktor perusak itu adalah dengan “REVOLUSI MORAL”. Moral dalam KBBI
adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya. Sebab moral adalah bawaan yang tidak bisa
diperoleh secara instan, maka perlu adanya perubahan meskipun dari hal
sederhana hingga masalah yang kompleks. Revolusi atau perubahan moral juga
dapat ditanamkan dimana saja ,kapan saja, dan dengan cara apa saja. Moral yang
kini darurat dan harus segera dirubah adalah KEJUJURAN. Perilaku jujur adalah
perilaku patriotis dan akan mendasari segala tingkah laku dan ucapan yang
nantinya akan mencetak generasi muda pembaharu yang jujur dalam keadaan apapun.
Perubahan Moral pada pemuda juga harus dibarengi
dengan semangat juang dalam hidupnya. Dalam hidup tidak semudah yang
dibayangkan, jika menginginkan sesuatu harus dengan berjuang dan bekerja keras.
Penggunaan teknologi yang semakin canggih juga dapat membuat mudah berbagai
urusan dan merupakan peluang emas untuk membawa peran pemuda untuk
memajukan bangsa. Penulis yakin bahwa Visi Indonesia Emas 2045 yang terdapat
cita-cita bangsa dan telah dirumuskan oleh pendahulu kita dengan peran pemuda
kini. Revolusi Moral bagi para pemuda untuk membuat generasi baru bukan
generasi penerus.
Beberapa
analisis muncul di benak penulis yang membuat gundah dan gamang akan kesuksesan
tujuan besar dan mulia Menuju Indonesia Emas ini. Pertama, pihak pemerintah
dalam hal ini Departemen Pendidikan nasional maupun Departemen terkait lainnya,
melaksanakannya, merealisasikan blue print visi Indonesia Emas ini hanya
sebatas proyek. Proyek yang dilakukan per program yang ditargetkan. Apalagi
terkesan Proyek akan jalan jika ada pendanaan, dan proyek akan berhenti jika
sudah tidak ada dana. Walhasil, kekontinuitas program tidak jalan, hal demikian
tercopy sampai jajaran tingkat yang paling bawah sekolah. Hasilnya apa ? produk
program yang serba parsial patah-patah, bahkan putus sama sekali. Sebut saja
sebagai contoh, pendidikan karakter dan budaya yang seharusnya terintegratif di
setiap mata pelajaran di segala jenjang pendidikan, sekarang ini mati kutu.
Kurikulum baru yang nota bene sebagai kurikulum berbasis Kecakapan Hidup
melatih murid agar mampu survival di masa depan, dengan mengedepankan vokasional,
prakarya, masih tumpang tindih pelaksanaannya di lapangan. Kedua, tingkat
perencanaan yang rendah tampak menyolok sekali terjadi di jenjang pusat maupun
daerah. Terlihat fenomena sekedar berani dulu, nanti kalau ada yang tidak
sesuai akan dibetulkan. Apalagi tidak semua elemen bangsa memahami visi
Indonesia Emas ini yang memang minim sosialisasi. Taruh contoh pembubaran
Sekolah Bertaraf Internasional, pencetakan buku ajar baru kurikulum 2014 dengan
membuang buku-buku yang sudah terlanjur di cetak, Kebingungan praktisi
pendidikan di tingkat sekolah terhadap implementasi pelaksanaan kurikulum 2014,
penyajian pembelajaran dilapangan, dan evaluasinya. Hasilnya tampak sebagai
tidak ada perubahan yang berarti pada aplikasi pembelajaran, dan kualitas outputnya.
Ketiga, ketidaksinergisan semua Institusi kenegaraan dalam menyikapi kesuksesan
visi Indonesia Emas ini tercermin pada tindakan yang sendiri-sendiri dalam
perjalanan bernegara. Terkesan tidak ada kata sepakat untuk menyukseskan
program ini. Departemen-departemen lain berjalan sendiri yaang terkesan asal
jalan. Seolah beban ini hanya dipikul oleh departemen yang hanya
menyelenggarakan pendidikan saja. Sementara di kehidupan sosial masyarakat
tidak ada greget sama sekali terhadap visi besar ini, di dunia penyiaran, mass
media tetap bebas menayangkan hal-hal yang justru bertentangan dengan visi
besar ini. Visi besar ini tidak dianggap sebagai Program Nasional. Kalau kita
tidak segera mengambil sikap Sepakat Nasional terhadap kerja besar ini, Saya
kira tidak cukup power untuk kita mewujudkannya. Kita simak sejarah di Amerika
Serikat, mereka punya tekad American Growth, sementara Jepang pernah menpunyai
Restorasi Meiji, untuk memajukan negaranya kita sekarang bahkan tidak punya
bentuk tekad pasti. Jayalah Bangsa Indonesia, salam Saatnya Memberi Arti.